Jumat, 29 Juli 2011

INDONESIA VS TURKMENISTAN

     Disini saya mungkin bukan ingin mengomentari hasil pertandingan atau ingin memberi informasi tentang pertandingan Indonesia melawan Turkmenistan pada tanggal 28 Juli 2011 kemarin, tetapi saya lebih ingin membagi pengalaman saya menonton langsung pertandingan tersebut di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. Ini adalah pengalaman pertama saya menonton langsung pertandingan timnas Indonesia di GBK. Saya berangkat menuju stadion bersama teman-teman SMA saya sekitar 10 orang. Saat dalam perjalanan menuju stadion rasa nasionalisme pun sudah terasa, banyak yang menggunakan atribut timnas mulai dari kaos, jaket, syal, bendera, hingga lukisan di tubuh. Jalan pun menjadi macet karena dipenuhi oleh pendukung fanatik timnas Indonesia.

     Sesampainya di stadion pendukung timnas sudah berkumpul di seputaran komplek stadion untuk menonton tim kesayangan mereka. Selain itu penjual atribut dan aksesoris timnas Indonesia pun menggelar dagangannya disana. Suasana disekitar stadion sangat ramai dan dipenuhi oleh pendukung timnas Indonesia, tidak ada satu pun terlihat pendukung tim lawan. Hal itu terlihat jelas karena mayoritas warna merah mewarnai komplek Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan. 

     Saat akan memasuki stadion pemeriksaan tiket pun dilakukan untuk menghindari penonton gelap yang tidak memiliki tiket. Memasuki tribun penonton euforia pendukung timnas Indonesia sangat terasa. Para suporter meneriakkan dan menyanyikan yel-yel dukungannya terhadap timnas. Sebelum pertandingan dimulai lagu kebangsaan Indonesia Raya pun dikumandangkan. Seluruh pemain dan penonton bernyanyi bersama dengan penuh rasa khidmat. Hati saya pun bergetar dan merinding saat mendengarkan lagu Indonesia Raya. Sangat berbeda sekali rasanya mendengarkan lagu Indonesia Raya saat menonton langsung dibandingkan dengan menonton di televisi.

     Pertandingan dimulai dan para suporter bersorak-sorai mendukung timnas Indonesia. Saat timnas Indonesia berhasil menyarangkan gol di gawang lawan semua suporter pun berteriak dan bersorak gembira. Ada yang loncat-loncat, mengibarkan bendera, mengangkat syal timnas Indonesia, hingga membakar kembang api. Hal itu dilakukan karena rasa gembira para suporter timnas Indonesia. Dukungan pun tidak henti-hentinya ditujukan kepada timnas Indonesia hingga akhir pertandingan. 

    Pertandingan pun berakhir dengan skor 4-3 untuk kemenangan timnas Indonesia. Para suporter pulang dengan rasa senang dan bangga karena timnas Indonesia mampu mengalahkan timnas Turkmenistan. Kemenangan timnas bukan hanya karena permainannya yang bagus, tetapi juga karena dukungan fanatik suporter yang datang langsung ke stadion. Dukungan suporter sangat mempengaruhi mental pemain untuk bermain bagus. 



"GARUDA DI DADAKU, GARUDA KEBANGGAANKU. KU YAKIN HARI INI PASTI MENANG."

Rabu, 27 Juli 2011

GOWES DI KOTA METROPOLITAN

     Pada tanggal 22 Juli 2011 dua orang mahasiswa Sosiologi UGM asal Bekasi bersepeda mengelilingi kota Jakarta dengan bersepeda. Mereka berangkat pada pukul setengah 5 sore dari bundaran perumahan Harapan Indah, Bekasi Barat. Semua persiapan pun beres kemudian mereka berangkat menuju Monumen Nasional (Monas). Baru sampai pintu gerbang perumahan Harapan Indah saja mereka sudah kesulitan untuk menyeberang. Setelah menyeberang, perjalanan pun berlanjut menuju arah Pulogadung. Debu dan asap kendaraan bermotor pun menemani perjalanan dua kawanan itu. Kemacetan juga sesekali menghalangi perjalanan mereka. Dalam perjalanan sepertinya pengguna sepeda kurang mendapatkan tempat yang layak di jalan karena banyak pengguna kendaraan bermotor menghiraukan keselamatan pengguna jalan lain.

     Setelah melewati terminal Pulogadung, perjalanan pun berlanjut menuju daerah Kelapa Gading. Sama seperti sebelumnya debu dan asap kendaraan bermotor selalu mengiringi perjalanan mereka. Di dalam perjalanan mereka melihat banyak sekali pelanggaran lalu lintas. Mulai dari menyerobot lampu merah, berhenti di depan garis putih, melewati jalur busway, pengendara motor tidak menggunakan helm, metromini menaikkan dan menurunkan penumpang di sembarang tempat, dan lain sebagainya. 

     Meninggalkan daerah Kelapa Gading kemudian mereka pun menggowes sepeda menuju arah Senen. Disana juga tidak jauh berbeda dengan daerah lain, kemacetan dan pelanggaran lalu lintas pun mereka temukan kembali. Setelah selap-selip melewati macetnya daerah Senen mereka pun sampai di tempat tujuan, yaitu Monumen Nasional atau yang biasa disebut Monas. Mereka pun melepas lelah disana setelah bersepeda selama satu setengah jam dari Bekasi menuju Monas.

     Adzan maghrib pun telah berkumandang, kedua kawanan itu segera menuju Masjid Istiqlal untuk melaksanankan sholat maghrib berjamaah. Setelah sholat maghrib mereka melanjutkan perjalanan menuju Taman Suropati. Sebelum menuju Taman Suropati mereka pun makan malam terlebih dahulu di warung pecel lele di dekat jalan jaksa. Setelah perut kenyang perjalanan dilanjutkan menuju TKP. Sesampainya di Taman Suropati mereka mencari tempat yang enak untuk bercengkerama dan mendengarkan musik. Di taman tersebut banyak sekali orang-orang yang menikmati indahnya malam. Ada yang bersama pacarnya, ada yang bersama keluarga, ada yang bersama teman-temannya, dan ada pula yang sedang berlatih bermain biola di taman.

     Waktu telah menunjukkan pukul setengah sembilan malam, mereka pun segera bergegas untuk kembali pulang. Rute yang dilewati yaitu Taman Suropati - Salemba - Pramuka - Rawamangun - Klender - Pondok Kopi - Bekasi. Itulah cerita perjalanan dua kawanan yang berkeliling kota Jakarta dengan mengayuh sepeda. 

Sabtu, 23 Juli 2011

LIFESTYLE JAMAN SEKARANG

Handphone Blackberry


     Sudah bukan rahasia lagi di kota-kota besar, bahkan mungkin mulai masuk ke pelosok-pelosok daerah sifat mayoritas orang Indonesia, yaitu "LATAH". Masyarakat kita latah, ikut-ikutan, gaya-gayaan, atau bisa juga disebut mental konsumen. Sebelumnya mohon maaf jika ada yang tersinggung setelah membaca sedikit tulisan ini. Bukan bermaksud untuk mengkritik tetapi hanya sekedar ingin berbagi pandangan saja bagi yang membaca. 

     Sebagai generasi muda Indonesia sendiri saya merasa gerah dengan mental kebanyakan masyarakat kita yang suka ikut-ikutan, mental konsumen, mental mainstream. Semua yang datangnya dari luar asalkan nge-trend, langsung saja diserap oleh setiap insan yang menamakan dirinya trendy dan update person. Menurut saya update bukan berarti tahu segala macam hal, bahkan mengkonsumsi apapun yang dilihat di luar yang sedang nge-trend dan menyerapnya begitu saja.

     Kita ambil beberapa contoh, misalnya gadget blackberry, android, I-phone, IPAD. Berlanjut ke beberapa produk konsumsi bahkan lifestyle, mulai dari gelang PB atau Power Balance, berlanjut ke es krim Magnum yang heboh karena banyak dicari-cari oleh para ABG mulai dari SD, SMP, SMA bahkan hingga mahasiswa.

     Yang dibahas disini bukan merk dan produk di atas, yang dibahas adalah kita sebagai targetnya. Target dari kampanye merk-merk diatas sebagai target pasar terbesar di dunia. Mulai dari blackberry, beberapa waktu lalu RIM menyatakan tunduk pada peraturan negara kita yang mendesak agar fitur blackberry yang bisa mengakses pornografi di blackberry agar di stop dan di filter. Mengapa sebuah produsen sebesar RIM sampai mau tunduk dengan aturan di negara kita? Karena kita adalah salah satu target pasar terbesar dari berbagai macam produk yang dikeluarkan oleh blackberry sendiri. RIM tidak akan melepas begitu saja target pasar terbesar mereka.

     Kita tidak akan pernah menjadi raja di negeri sendiri apabila kita selalu didikte oleh produk-produk lain yang berasal dari luar negeri. Indonesia sebagai bangsa yang latah, suka ikut-ikutan, sekedar gaya-gayaan, atau memang mental konsumen. Sering kali saya suka tertawa sendiri melihat berbagai macam fenomena dan kejadian di negara ini. Berbagai macam bentuknya, macam-macam caranya, dan macam-macam pula tanggapannya. Mulai dari demam blackberry, demam handphone android, demam gelang power balance, demam es krim magnum, dan lain-lain. 

     Tetapi semua kembali kepada hak masing-masing untuk melakukan apapun, dimanapun, dan kapanpun. Saya hanya seorang mahasiswa biasa yang berusaha menulis agar bisa dibaca dan mungkin ditanggapi oleh pembaca yang sejalan pikirannya atau bahkan mungkin oleh pembaca yang tidak setuju dengan tulisan ini. 

*daftar bacaan : kaskus.us

Jumat, 22 Juli 2011

PENDAKIAN MERBABU

Gunung Merbabu

     Gunung Merbabu (3.142 mdpl) adalah gunung api yang bertipe Strato (berapi) yang terletak secara geografis pada 7,5° LS dan 110,4° BT. Secara administratif gunung ini berada di wilayah Kabupaten Magelang di lereng sebelah barat dan kabupaten Boyolali di lereng sebelah timur, Provinsi Jawa Tengah.

Foto Anggota Tim

     Pada tanggal 17 Juni 2011 saya dan beberapa teman dari Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Gadjah Mada  (MAPAGAMA) melakukan pendakian ke Gunung Merbabu melalui jalur wekas atau disebut juga jalur kedhakan. Tim terdiri dari Ical (koordinator lapangan), Yulia (koordinator tim & P3K), Verry (sekretaris), Gun Nanda (bendahara & sie. konsumsi), Wahyudin (sie. logistik), Aries (pendamping), dan saya (sie. dokumentasi, survey perizinan & transportasi). Pukul 18.00 kami semua berangkat dari gelanggang mahasiswa UGM menuju basecamp wekas menggunakan sepeda motor. Perjalanan menuju basecamp wekas kira-kira 1 jam 30 menit. Sesampainya di basecamp kami semua makan malam bersama, kemudian dilanjutkan dengan briefing dan istirahat malam.

     Pada pagi harinya tanggal 18 Juni 2011 kami bangun tidur kemudian packing barang-barang dan logistik. Setelah semua barang-barang dan logistik dikemas, kami tidak lupa pemanasan terlebih dahulu agar otot tidak kram. Setelah itu kami berdoa bersama agar pendakian ini berjalan dengan lancar dan tanpa hambatan. Setelah semua siap dengan bawaannya masing-masing pendakian pun dimulai. Dalam perjalanan kami disuguhi pemandangan pegunungan yang indah dan melewati hutan pinus yang asri. Setelah sampai di pos 1 kami istirahat dan makan siang. Setelah selesai istirahat dan makan siang kami pun bergegas melanjutkan pendakian menuju pos 2. Pada pukul 16.00 kami sampai di pos 2 dan membangun tenda untuk bermalam. Cuaca di pos 2 pada malam itu pun sangat dingin sehingga membuat kami kedinginan. Setelah makan malam kami pun briefing untuk kegiatan esok hari dan kemudian tidur.

     Pada tanggal 19 Juni 2011 pagi setelah bangun tidur dan sarapan pagi kami bersiap-siap packing dan melakukan pemanasan seperti biasa. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan menuju puncak gunung Merbabu. Dalam perjalanan menuju puncak banyak sekali rintangan yang menghalangi seperti banyaknya debu yang beterbangan hingga tanjakan curam yang mengharuskan kami saling membantu, disinilah letak kekeluargaannya. Setelah berbagai rintangan kami lewati akhirnya kami sampai juga di puncak triangulasi gunung merbabu. Puncak triangulasi adalah puncak tertinggi di gunung Merbabu yaitu dengan ketinggian 3.142 mdpl. Sesampainya di puncak kami mengadakan pesta puncak dengan memakai kostum Timnas Indonesia. 

Timnas Indonesia di Puncak Merbabu

Ical & Wahyu Beraksi